Kupang, Jipeknews
Motivasi belajar tergantung pada kemampuan guru melakukan pendekatan sesuai dengan karakter setiap peserta didik. Teori Numerologi sangat efektif untuk memetakan karakter peserta didik atau siswa.
Adalah Margareta Ceme, S.Pd guru di SDK Tanalodu, Bajawa, Kabupaten Ngada , Indonesia kepada Jipeknews yang menghubunginya via telpon seluler pada Rabu, (10/1) membagikan pengalamanya dalam kegiatan pembelajaran pada siswa kelas VI. Dia berkisah, bahwa pada tahun 2018 sila, dia mendapatkan pengetahuan tentang cara menentukan karakter peserta didik berdasarkan pendekatan numerologi yang diperkenalkan oleh Jurnal Ilmiah Pedagogik. Rasa penasaran terhadap teori yang dijelaskan membuat dia belajar berbagai literatur ditunjang oleh kegiatan bimbingan teknis pemetaan karakter peserta didik oleh Jurnal Ilmiah Pedagogik.
Diakuinya setiap teori akan dibenarkan oleh praktek maka dia melakukan praktek pemetaan karakter peserta didik pada siswa kelas IV SDI Bajawa sebelum dia dipindahkan ke SDK Tanalodu . Alhasil, teori yang dipelajarinya mulai nampak pada perubahan perilaku siswa. “Ada perubahan pada motivasi belajar dan juga kedisplinan pada siswa, setelah melakukan pendekatan secara individual berdasarkan karakter setiap peserta didik,” jelas Ceme seraya menjelaskan teori numerologi menghitung tanggal lahir,bulan dan tahun dari setiap siswa . Dari penjumlahan tanggal lahir bulan dan tahun setiap siswa akan menghasilkan angka satuan yang akan memberikan gambaran setiap karakter peserta didik khususnya dan manusia umumnya.
Saat di SDK Tanalodu Ceme dipercayakan oleh kepala sekolah untuk menjadi guru kelas VI B . Dia mendeskripsikan karakter peserta didik kelas VI SDK Tanalodu yang berjumlah 24 orang. Dari jumlah tersebut dia memerincikan bahwa jumlah siswa yang memiliki karakter kemandirian dan membutuhkan kelemahlembutan seorang guru dalam setiap interaksi dengan mereka sebanyak 3 orang , Sementara itu jumlah siswa yang memiliki kelemahlembutan dan kadang membuthkan pembuktian sebanyak 2 orang. Guru membutuhkan kecerdasan emosional yang memadai ketika berhadapan dengan 3 orang siswa yang tidak bisa diperintah dengan kalimat yang kasar. Type siswa tersebut lanjutnya harus dimotivasi dan tidak boleh dikiritik secara kasar ketika dia melakukan kesalahan.
Lebih lanjut dia menjelaskan 4 orang siswa yang memiliki kecerdasan cukup bagus tetapi harus diberi pemahaman tentang penggunaan waktu yang efektif. Dia menambahkan peserta didik yang memiliki karisma kepemimpinan pada kelas VI adalah 1 orang. “Dia layak dipercayakan menjadi ketua kelas ataupun jabatan lainnya dalam struktur organisasi kelas,” timpalnya.
Sementara itu, peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dalam ilmu matematika, IPA sebanyak 3 orang. Bagi peserta didik tersebut katanya kadang bisa dipercayakan untuk membantu menejlaskan matematika kepada teman-temannya yang memiliki kemampuan rendah. Sedangkan siswa yang kadang gagal fokus tetapi sangat detail dalam melakukan suatu tugas sebanyak 2 orang.
Seorang guru sukses katanya apabila mampu meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang konservatif yang lamban dalam belajar. Menurutnya pada kelas VI siswa yang membutuhkan perhatian ekstra sebanyak 4 orang. “Dalam berkomunikasi dengan keempat siswa tersebut saya lebih banyak mendengar apa yang mereka sampaikan lalu menjawabnya dengan penuh hati-hati supaya dia tidak tersinggung,” kata Ceme sambil menambahkan sebanyak 2 orang siswa yang memiliki karakter optimis dan kecerdasan mereka berada di atas rata-rata.
Ceme mengakui, pemahaman karakter peserta didik yang dia praktekan dijabarkan dalam berbagai kegiatan diantaranya strategi pembelajaran, kepengurusan organisasi kelas dan yang paling mendasar adalah membentuk pola komunikasi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan teman-temannya. Setiap karakter peserta didik yang dipaparkan tentunya memiliki keunggulan dan kelemahannya. “Seluruh aktivitas pendidikan baik pembelajaran maupun kegiatan esktra kurikuler bertujuan untuk memperkuat ssiwa keungggulan setiap peserta didik,” kata Ceme.
Pemetaan karakter peserta didik tuturnya dapat menjaga suasana kelas yang harmonis, karena pola penempatan tempat duduk setiap siswa diatur berdasarkkan karakternya. Pada dasarnya siswa duduk secara berbaris dan yang berada disamping kiri dan kanannya haruslah siswa yang memiliki karakter yang berbeda. “Jika sebaliknya maka dipastikan kelas menjadi gaduh karena antara siswa dan siswa saling mengganggu satu sama lain,” katanya. (Jipek/ Philipus)
*** Berita lain tentang implementasi teori numerologi dalam memotivasi siswa yang tidak masuk sekolah akan kami wartakan ..
No Responses